Di Copa America 2015, ia mengantarkan Argentina ke final. Namun sayang, kesempatan kedua untuk meraih gelar timnas senior pupus setelah Argentina kalah adu penalti dari tuan rumah Chile.
Di Copa America Centenario 2016, ia bermain moncer dengan mencetak lima gol dan mengantarkan Argentina ke final. Namun sayang, kesempatan ketiga musnah setelah kalah adu penalti untuk kedua kalinya dari Chile, dan tendangan penalti Messi juga melambung tinggi di atas mistar gawang. Frustasi, ia pun mengumumkan pensiun dari timnas walaupun kemudian ia membatalkan rencana tersebut.
Maka tak heran kemudian ia begitu berharap di Piala Dunia 2018, mengingat usianya sudah menginjak 31 tahun, dan mungkin ini adalah Piala Dunia terakhirnya. Sayang impian tersebut kembali pupus setelah semalam Argentina menyerah 3-4 dari Perancis, dan tak salah jika komentator pun memvonis bahwa pertandingan semalam mungkin pertandingan terakhirnya bagi Argentina.
Kondisi Tim Argentina yang Tidak Mendukung
Banyak yang beranggapan bahwa tidak maksimalnya Messi di timnas Argentina dikarenakan komposisi pemain Argentina yang tidak dapat mendukung bakat Messi. Bahkan hal tersebut juga ditegaskan oleh Jorge Sampaoli usai kekalahan dari Perancis semalam, bahwa timnya memang tidak mampu memaksimalkan bakat Messi.
Dalam empat pertandingan di Piala Dunia 2018, ada empat formasi awal yang diturunkan Sampaoli, menandakan bahwa Sampaoli tidak mempunyai taktik pakem bagi Argentina. Posisi Messi yang selalu berubah-ubah dalam empat pertandingan juga menunjukkan bahwa Sampaoli pun kebingungan untuk memaksimalkan Messi.
Argentina memang bukan Barcelona. Skuat Barcelona memang sangat mewah ketika Messi meniti karier di Barcelona.
Ada Busquets yang dengan tenang menjaga keseimbangan di tengah, lalu ada dukungan suplai-suplai bola yang memanjakan Messi dari Xavi-Iniesta, kemudian setelah Xavi pindah tahun 2015, ada Rakitic yang menggantikannya.
Dengan kondisi seperti itu, maka tak heran kemudian Messi dapat dengan tenang mengobrak-abrik pertahanan lawan. Inilah yang tidak didapatkan Messi di timnas Argentina.
Secara kualitas, Maximiliano Meza, Enzo Perez, Ever Banega, dan gelandang Argentina lain memang tidak akan pernah menyamai level Xavi-Iniesta atau Rakitic-Iniesta dalam melayani Messi. Nampaknya Argentina memang belum mempunyai seorang gelandang hebat sekelas Juan Roman Riquelme, Juan Veron, atau Pablo Aimar.
Lebih dari itu, Argentina memang bukan Perancis yang semalam mengalahkan mereka. Skuat Perancis semalam yang bisa dikategorikan sebagai Generasi Emas merata di semua lini. Sedangkan Argentina punya stok penyerang melimpah, namun seakan-akan krisis pemain di tengah, belakang, dan kiper.
Maka dari itu, jangankan memikirkan komposisi yang pas untuk melayani Messi, sejatinya Argentina pun masih kewalahan untuk meramu komposisi terbaik pemain di luar lini serang.
Bukan hanya soal komposisi pemain, prediksi pun tidak terlalu memfavoritkan Argentina untuk menjadi juara Piala Dunia. Analisis Ian Darke di ESPN terkait favorit juara memang menempatkan Argentina sebagai favorit, tapi hanya lantaran Argentina ialah kekuatan tradisional di Piala Dunia, bukan kondisi yang memang mendukung mereka untuk melaju mulus.
Toh penampilan mereka di kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Amerika Selatan juga tidak meyakinkan. Argentina baru memastikan lolos setelah menang 3-1 atas Ekuador di pertandingan terakhir.
Penampilan buruk ini pun mereka tampilkan di babak penyisihan. Hanya imbang 1-1 melawan Islandia, kalah telak 0-3 dari Kroasia, dan menang 2-1 melawan Nigeria melalui gol Marcos Rojo di menit 86. Mereka pun lolos sebagai runner-up grup, dan bertemu Perancis di perdelapan final. Mungkin anda akan beranggapan bahwa pertandingan Perancis vs Argentina adalah final kepagian lantaran keduanya adalah favorit juara, tapi melihat penampilan Argentina yang buruk, saya pikir anda harus berpikir sekali lagi untuk menyebut Argentina sebagai favorit juara.
Sebelum menutup tulisan ini, saya akan mengutip pernyataan menarik dalam sebuah artikel yang menganalisis peluang Argentina di Rusia 2018. “Dalam kondisi 100 persen, Messi hanya bisa maksimal jika pemain yang lain dapat bermain layaknya pemain di Liga Minggu”. Dengan kata lain: sepak bola ialah pertandingan antara 11 pemain melawan 11 pemain, bukan 1 pemain melawan 11 pemain.